Bogor, Zona Musik - Dalam rangka hari jadinya yang ke-2 tahun, paguyuban Pecinta Wayang Golek (PWG) Bogor Raya tadi pagi, Minggu (14/7/2019) mengadakan kegiatan bakti sosial berupa santunan anak yatim. Kegiatan tersebut, dilangsungkan di sekretariat "PWG" Bogor raya, di pemancingan kang Ai, Pamoyanan Bogor Selatan Jawa barat.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh jajaran pengurus, anggota, dan keluarga besar paguyuban yang selama ini berperan aktif dalam melestarikan, menjaga dan merawat kesenian di tatar Pasundan khususnya wayang golek, umumnya kesenian yang ada di Jawa barat.
Ketua Umum PWG Bogor raya, Andy Djava mengatakan sejak berdirinya paguyuban ini, terus mendapatkan apresiasi dan respon positif dari para pelaku seni baik di Bogor dan Jawa barat.
"Alhamdulillah kehadiran paguyuban sejak awal berdiri mendapatkan sambutan yang baik dan apresiasi dari para pelaku seni,"
Kegiatan yang dimulai pukul 09.30 WIB sampai dengan pukul 15.30 itu diawali dengan do'a, bersama semua jajaran pengurus, anggota dan tamu undangan yang hadir.
"Alhamdulillah tidak terasa hari ini paguyuban sudah menginjak tahun kedua, dan untuk santunan hari ini jumlah anak yang disantuni tidak kurang dari 30 anak. Mudah-mudahan kita semua diberikan keberkahan dan bermanfaat buat mereka. Ulang tahun PWG Bogor raya, 3 Juni hanya saja kita mengadakannya di bulan Juli," ujarnya
Sementara itu ditempat yang sama, sekretaris paguyuban Asep Haelawi menyampaikan terima kasih kepada semua jajaran pengurus, anggota dan keluarga besar paguyuban yang sudah ikut terlibat langsung dari awal hingga terlaksana acara, membantu baik moril maupun materil.
"Tak lupa saya ucapkan terima kasih untuk para dermawan yang telah Sudi ikut mensukseskan kegaitan bakti sosial ini, insya Allah apa yang sudah kita berikan mendapatkan balasan dari Allah SWT," ujar Asep.
Apa yang sudah kita berikan. Lanjutnya, tentunya menjadi ladang amal buat kita semua. "Kehadiran paguyuban harus bisa dirasakan oleh masyarakat, dan Bermanfaat untuk orang banyak," jelasnya.
Seperti apa yang disampaikan oleh pak ketum, "jadilah pelopor bukan pengekor, jangan malu berbudaya, budaya jati diri bangsa Indonesia," kata Asep.
Diakhir acara, digelar makan bersama dengan alas daun pisang atau biasa disebut "ngaliwet".
"Ngaliwet seperti ini sudah menjadi tradisi di paguyuban, ini sebagai bentuk kebersamaan," pungkasnya. (VD)
Posting Komentar